Kisah Kelam Dunia Perbankan (Part III)

Hi Nice People~

Akhirnya ditulis juga sampai Part III

Buat yang belum baca Part I dan Part II, check out these links :
Kisah Kelam Dunia Perbankan (Part I)
Kisah Kelam Dunia Perbankan (Part II)

Kali ini mau cerita lagi tentang bagaimana 'gelapnya' dunia perbankan. Aku berharap ada nasabah yang baca blog kali ini sih. Karena ini setidaknya bersinggungan langsung dengan kepentingan nasabah, dan memang ini nasabah HARUS TAU.

--- Melakukan 'Penipuan' ---

Hah? 'Penipuan' ?!
Gila ya, kerja di bank itu kan tentang membangun integritas, tentang bagaimana bersikap profesional untuk memaksimalkan pelayanan. Tapi apa jadinya kalau ada segelintir orang yang melakukan 'penipuan' untuk mencapai target. 'Penipuan' ini bisa dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.

Kerja di lembaga keuangan, yang mengedepankan integritas untuk membangun kepercayaan nasabah. Dituntut untuk selalu profesional dan mengedepankan kepentingan nasabah. Nasabah juga menaruh harapan besar kepada bank bahwa, "Bila saya bekerja sama dengan bank, saya mengharapkan keuntungan"

Tapi karena target, semua integritas lah, profesionalitas lah, itu AMBYAR!

Memalukan?
Ya memang memalukan.

Sebenarnya memang agak hiperbola yah kalau bilangnya 'menipu', jadi terkesan kasar.
Tapi, kata-kata apa dong yang cukup untuk menggambarkan :
1. Mis-Selling
2. Mis-Represent

Kedua hal di atas adalah melakukan penjualan yang tidak sesuai. Seperti :
1. Tidak menjelaskan detail produk yang dijual
2. Sengaja menutup-nutupi kekurangan produknya
3. Mengubah penjelasan fitur produk
4. Mengada-ada tentang keuntungan sebuah produk
5. Menjual apa yang tidak dibutuhkan nasabah

Kejadian-kejadian di atas ini bukan hanya terjadi sekali atau dua kali. Kebanyakan marketing yang memang dikejar target, atau incentive oriented akan melakukan hal ini dan menjadi kebiasaan. Mereka nyaman-nyaman saja tuh 'menipu' nasabah.

Ya memang akhir dari semua itu adalah merugikan nasabah. Jadi dengan kata lain, marketing seperti ini tidak memikirkan sisi nasabah, dia ga peduli nasabah akan rugi atau untung, yang penting targetnya tercapai, dan incentive nya banyak. Terus bisa menang trip jalan-jalan ke luar negri.

Aku teringat kisah nyata yang aku alami sendiri.

Singkat ceritanya nasabah ini ditawarkan produk oleh marketing di cabang lain (jadi masih satu bank yang sama). Produk yang ditawarkan oleh marketing lain itu, berupa deposito yang bunganya bombastis. Dan anehnya deposito ini mewajibkan nasabah menyetorkan uang dengan jumlah yang sama, setiap tahunnya.

Lalu aku cuma bisa tertawa riang, mau sambil bilang, "Selamatttt, bapak kena acara : Kenaaa Deh~!"

Hey!
Mana ada deposito yang harus setor uang tiap tahun, Bammbwankkk?!

Pelajaran yang bisa diambil di sini, adalah marketing seharusnya bisa lebih memanusiakan nasabah. Marketing wajib menempatkan diri di posisi nasabah, memahami kebutuhannya, dan tidak menawarkan produk yang merugikan. Dan tentu saja, nasabah juga harus lebih detail menanyakan kebenaran produk yang disampaikan oleh marketing.

Tapi banyak koq nasabah yang ga mau ambil pusing. Mungkin baginya itu cuma uang kecil. Atau nasabah berserah kepada Yang Maha Kuasa. Nasabah tipe ini yang sering dimanfaatkan oleh marketing untuk mengejar targetnya.

Aku suka merenung,
Enak ya, tinggal 'nipu' dikit, bisa capai target.
Enak ya, bisa ga merasa bersalah setelah 'nipu'.
Enak ya, dapet incentive dan jalan-jalan gratis, padahal dari hasil 'nipu'
Enak ya, ga dimarahin atasan karena berhasil jualan, walau 'nipu'

Haruskah hidup sepicik ini?
Haruskah manusia bertahan hidup dengan saling 'memakan'?

Ah, sudah lah................

--- The End ---

Sejujurnya menulis ini semua terasa berat, but I shout it out.
Aku merasa ini penting, dan perlu diketahui oleh orang-orang, bukan hanya marketing dan nasabah.
Aku menulis ini bukan untuk menjatuhkan pihak tertentu. Ada harapan yang aku ingin gaungkan.

Let's live better!
Bahagia selalu ya, Nice People!

Comments